Dilema Desainer ketika Mendesain Website Sendiri.

Dari baru mulai pertama kali bisa membuat desain web ketika membuat desain website untuk pribadi atau website perusahaan sendiri selalu lebih susah, butuh waktu lama dan akhirnya merasa tidak puas.

saylows.com screenshoot

Menentukan titik “Aku Bilang Cukup!?“.
Batasan kepuasan ada ditangan kita, dan karena kita tahu kemampuan kita maka ini akan membuat tidak adanya kata “cukup”. Seperti halnya untuk desain wesbite saylows.com yang sekarang sedang dalam proses converting the design into template, yang pada awalnya menurut gw ya-ok-lah tapi ketika berjalan dalam proses desain selalu merasa ada yang kurang “I just want add sometin more, more and more“. Keinginan untuk menampilkan semua effect yang gw tahu kedalam website membuat desain website ini menjadi sangat hectic.

Menuju web standards.

Dental aku berikan screenshoot dari desain ini memberikan komentar “sangat graphis sekali” and I say “ok”, gw pikir tujuan untuk menunjukan bahwa website ini adalah blog seseorang yang memilih the works of the capital-D sebagai profesinya mungkin sedikit mengena. Tapi lagi ketika berbicara tentang “a good designthis is not what I call a good design.
Karena desain web yang bagus (web standards) harus mempertimbangkan banyak aspek. Apa saja yang ada dalam web standard? Gw akan menjabarkan web standards hanya dalam aspek desain dan meminimalisasikan hubungannya dengan coding, bukan berarti coding tidak penting dalam web standard tapi sangat penting karena desain dan coding adalah dua aspek yang tidak bisa dipisahkan. Tetapi pendekatan akan gw lakukan dalam sisi design usability jadi apa yang harus diperhatikan? Ladies and gentleman pay attantion please…

1. Pemisahan antara materi dan presentasi.
Desain harus berpihak kepada CSS, pemisahan yang jelas antara materi dan presentasi harus dipertegas hal ini dilakukan dengan menggunakan font, warna, padding (jarak antara), border (garis pinggir).

2. Pemilihan warna yang cukup terang dan cukup kontras.
Karena desain web berhubungan dengan indera penglihatan, tentunya pemilihan warna materi dan presentasi haruslah membuat pengguna merasa nyaman dan betah untuk berlama-lama membaca/melihat website kita. Pemilihan warna yang menyolok untuk materi penting yang ingin ditonjolkan juga harus diperhatikan sehingga materi penting tersebut dapat segera ditangkap oleh penglihatan user. Panduan tentang lama untuk lebih jelasnya silahkan baca artikel gw “Web Design yang Lucu (episode #2)“.

3. Tingkatan heading (penjudulan) yang jelas.
Menentukan bagaimana suatu judul dapat dipisahkan dengan jelas dengan paragraf, sub-paragraf, gambar, komponen lain (tanggal, kategori, author (nama penulis), link. Apa saja yang dapat dilakukan untuk membuat penjudulan memiliki karakter yang berbeda?
– Pemilihan jenis font yang berbeda tapi masih dalam satu keluarga.
– Permainan ukuran font yang lebih besar.
– Pengunaan underline dan warna background mouse over ketika heading merupakan sebuah link.
– Memisahkan box heading dengan materi lainnya dengan padding dan border.

4. Konsistensi Navigasi/Menu.
Dalam setiap halaman baik itu halaman home ataupun interior sangatlah penting untuk mempertahankan tampilan navigasi baik itu hirarki, posisi, warna. Hal ini akan mempermudah user untuk melakukan navigasi anatara halaman satu ke halaman lainnya untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Dan penempatan menu “home” menjadi keharusan di setiap halaman website. Menu “contact“, suatu kesalahan besar ketika sebuah website untuk kepentingan publikasi tidak menempatkan halaman contact. Setidaknya ada info email yang dapat dihubungi oleh user. Bahkan website HOAX pun menampilkan halaman contact kenapa musti takut sama spam kalau bisa nyepam balik hahahaha…hail hail ID-GMAIL.

5. Antara tata rias dan fungsi.
Hal-hal lain yang mengisi kekosongan dalam desain tapi juga sangat penting dalam sebuah web desain seperti banner header sebagai ciri khas dari wesbite, banner header yang “nendang” selalu akan tertanam dalam benak user dengan menampilkan logo, tags ataupun ilustrasi/photo. Footer, dengan ilustrasi atau tanpa ilustrasi untuk menyeimbangkan desain sehingga tidak membuatnya menjadi timpang atau berat sebelah. Penempatan Icon untuk blog reader/rss,community badges, counter atau apalah aku lebih suka menyebutnya “blog tong” yupe seperti tali g-string antara penting dan nggak penting gitu deh. Credit (thanks to), selalu hormati setiap inspirasi, bantuan, penggunaan open source cms atau info tidak penting seperti nama pacar/istri/ttm kamu yang selalu membuatmu merokok sambil tiduran merayakan kepuasan, hihihi.

My self, me and I.
Poin-poin diatas selalu gw jadikan pertimbangan ketika mendesain sebuah a client website, sebuah desain yang bagus hanya ketika dia baru keluar dari dapur desainer. Tetapi ketika sudah berpatokan pada revisi client yang berpura-pura paham betul tentang sebuah kata “estetika‘, sebuah desain akan menjadi sebuah bencana. Tapi ketika kita mampu meng-edukasi client “how was the desain work for them” sebuah cita-cita mulia “win win solution” menjadi hadiah. Tapi untuk desain web saylows.com it’s realy so fcukin hard to do couse I’m dealing with my self.

Coding bisa jadi adalah neraka.

It’s even worse ketika masuk dapur coding/converting, membayangkan saja bagaimana Mr. Nice Gay eh Guy ding (*baca : didat) melakukan proses ini sangat membuat gw merinding. “How on earth he gonna do this?“. Tapi gw yakin this is gonna happen, dia selalu bisa menemukan solusi untuk hampir semua bagaimana desain gw menjadi sebuah kenyataan.

Dilema Desainer ketika Mendesain Website Sendiri.

24 thoughts on “Dilema Desainer ketika Mendesain Website Sendiri.

  1. # firman firdaus : iya meng nih desainkebanyakan dosanya hihihihi. thanks commentnya sir.

    # Deny : mari menggambar! *siapin crayon…

  2. tergantung apa yg mau di tampilkan dari sebuah blog. klo memang mau lengkap seperti verlee, berati 1 window untuk ukuran 1024×768 harus diisi sampai pinggir habis. tapi klo ternyata cuman mau nampilin 1 blog per halaman dgn beberapa button seperti bintangjatuh.com, ya polos saja ndak masalah.

    karena itu, desain yang wuah atau simple, tergantung materi yg disampaikan. kecuali kalo cuman mau ngeblog tentang desain, cukup tampilkan saja desainnya tanpa isi blog, seperti 37sheet.com.

    jangan sampai pembaca mengalami kerepotan dlm membaca & menikmati web nya. krn, apa gunanya web kalau tidak memanjakan mata?

  3. #golda : thanks masukannya mam!

    #designani : wah portfolio kamu juga kweren2x Nani! Salut… Pokoknya kalau sudah puwas kasi kabar yah πŸ™‚

  4. dewa ratu cool sajan.. πŸ˜€

    tapi cepat bosan kalo digunakan untuk ngeblog.. imho lho..
    soale kadar kelucuannya bisa berkurang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to top