Kira-kira diakhir november tahun lalu a friends ring on me. Dia minta bantuan solusi bagaimana melakukan printing secara otamatis ke lembaran kartu pemilih dari data sheet MS Excel ratusan ribu penduduk sebuah kabupaten dalam waktu 5 hari saja. Sudah seminggu ini dia menyewa 3 orang staff untuk melakukan copy-paste ke corel dari MS Excel yang menurut logika it’s was insane! dan cara itu tidak akan memenuhi deadline, yang terjadi selanjutnya keseluruhan project yang dia terima akan di cancel, dan reputasi perusahaannya sebagai taruhannya.
Tentu saja hal itu bisa dilakukan dengan otomatis kataku yang perlu dilakukan hanya membuat sebuah program kecil yang akan melakukan load data sheet dan ditampilkan di lembar kerja dengan ukuran/posisi yang sesuai dengan lembar kertas kartu pemilih dan proses printing dilakukan secara otomatis.
Aku bilang pada temenku, aku tahu workflow dan logikanya tapi aku tidak bisa membuat programnya (couse I do no from scratch coding) tapi aku tahu teman yang punya kapasitas untuk itu. So, I will help you but cost you “this” much, katakanlah Rp. 15,- ia menyanggupi.
Aku segera mengontak temenku yang memang aku tahu jago programing and she know what I want. Dia lulusan terbaik diangkatannya, cumlaude. tapi belum beruntung memperoleh pekerjaan yang bisa menghargai kemampuannya so I know she will take the job from me. (emang nggak butuh cumloude programer sih cuma buat program beginian cuma kebetulan aja). Ketika aku tanya berapa aku harus bayar untuk pekerjaan ini? Dia dengan mantap menjawab Rp. 5,- aku sudah senang katanya? What? No…no…no…I said. “Hey…kamu harus bisa menghargai dirimu” You can value your self too cheap like that, mengingat bagaimana kemampuanmu, dan aku akan sangat merasa bersalah ketika harus membayarmu Rp. 5,- dari Rp. 15,- yang aku terima. So, I said… I will pay you Rp. 12,- asal selesai dalam 2 hari. Dia menyanggupinya.
Susah memang ketika seringkali kata “teman” dijadikan excuse untuk mendapatkan harga murah ketika berurusan dengan jasa. Masih banyak teman yang belum sadar bahwa pekerjaan yang kita lakukan adalah untuk hidup and they take advantage from being friends…what an ass hole! Hal ini tentunya tidak berlaku ketika teman meminta tolong untuk jasa yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, tapi kalau pekerjaan yang memang kita akan jual lagi atas keringat teman…tega luh ya. Contoh lain simple aja, ketika teman kita punya toko sembako, did you grab anything that you want couse you know the owner? So are you an ass hole or a friends? BAYAR OM!
huakakakaka babi berurusan dengan pantat dan om om
teman is teman bisnis is bisnis susahhhhh
ato gini aja teman orangnya duetnya tidaaaakkk :d
duhh.. udah 8 digit juga nih …
aku termasuk gak sir…:)
to :
rendy : hush! brisig!
geblek : hahaha good idea, ya nggak lah…yang penting sih terbuka aja. “Couse a good friends stab in the front!”
golda : Wah, apaan tuh Gol? PASTI YART! jangan seret saya! saya ndak ikut2x! hahaha
sigit : tujuan pendidikan adalah mulia! hahahah segala yang berbau pendidikan aduhai bapak sigit! (*ikat sigit di pilar!)
bener kata Joko,
Teman ya teman tapi bedakan dengan bisnis!!!