Hore! baru nyadar sekarang kalau kadar tingkat kedewasaan itu ditentukan oleh siapa yang menilai. Contoh orang tua akan melihat kita dewasa bila semua kondisi ideal yang dia harapkan untuk kita tercapai, bisa membantu menyokong pengeluaran keluarga plus bantu cicilan kakak atau adikmu, bekerja menjadi/seperti harapan mereka…ya pegawai negeri misalnya, tidak selalu keluar rumah sampai larut malam, dan yang lain dan yang lainnya.
Kalau yang menilai teman/kerabat (ini juga berlaku untuk ortu) bisa jadi nilainya adalah berpakaian rapi kemeja kotak, dimasukan, celana baggy kantoran, sepatu pantopel, sisiran belah pinggir. Memakai name tag kantor bertali dimasukan kedalam kantong yang tertulis jabatannya adalah “general officer” (*kenapa sih kaga ditulis pesuruh…aneh), mengunci pintu mobil dengan bunyi-bunyian “TUIT TUIT”. Oh ya jangan lupa membawa HP dua pintumu itu.
Kalau yang menilai pasangan kita harus lebih banyak mendengar, berbicara tenang tidak meletup-letup atau over excited, ketika “mengajak” cukup dengan tatapan, bukan dengan nyengir sambil bilang “Yang… nungging dong!” atau “Say…bubuuu yuuuuuk” sambil menjulurkan lidah kegirangan.
Oh Gozz! Give me a Breake,…setiap orang punya nilai kedewasaan sendiri ketika dia tahu apa yang terbaik untuknya dan dia berdiri untuk mempertahankannya, bukannya talk bullshit seperti bermoral dewa-dewi but the fact is just bunch of sucker! Ahk…Dewasa! Prek!
nek aku dewasa iku Bagaimana Cara Kita Menghadapi dan Menyikapi HIDUP.!!!
dewasa kuwi….[DEWASA] AIDS: Aku Ingin Dibelai Saylow? 😀
jesie HOMOK!!!
Dewasa itu… kayak di pelem-pelem dewasa itu … atau minimal BO (Bimbingan Orangtua) lah…
Tak kirain “BO” itu Baik untuk Orgasme hahaha…
ripleeeeeeeeeeei
kowe wes dewasa urung …yen wes kawin yuk